Pada artikel kali ini kami  akan mengulas tentang adat-adat panen padi tradisional di Indonesia. Sebelum membahas adat-adat apa sajakah itu, terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari panen. Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang.

Istilah ini paling umum digunakan dalam kegiatan bercocok tanam dan sebagai penanda berakhirnya kegiatan di sebuah lahan. Namun, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat juga digunakan dalam budidaya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya, seperti udang, jamur, alga atau gulma laut, dan hasil hutan (kayu maupun non-kayu).

Setiap tahun, semua petani yang ada di Indonesia tentunya selalu mengharapkan hasil panen yang sangat besar. Hasil panen besar ini adalah simbol dari jerih payah selama berbulan-bulan bekerja di sawah dan terkena terik panas matahari yang menyengat.

Akhirnya ketika panen raya terjadi, baik panen padi tradisional maupun modern yaitu menggunakan alat pemanen padi, petani akan menyambutnya dengan sangat suka cita. Bahkan beberapa kelompok masyarakat yang ada di Indonesia sampai melakukan sebuah ritual.

Ritual adat panen padi tradisional biasanya dilakukan sesudah panen yang sangat besar dilakukan. Petani akan merancang sebuah upacara persembahan sebagai wujud suka cita kepada penguasa. Inilah lima ritual panen padi tradisional yang paling menakjubkan yang hanya ada di Indonesia.

5 Ritual Adat Panen Padi Tradisional

  1. Ritual Adat Panen Padi Tradisional Mappadendang – Masyarakat Bugis

    Mappadendang
    Ritual adat yang pertama ada Mappadendang, Mappadendang atau yang lebih dikenal dengan sebutan pesta panen pada suku Bugis-Makassar merupakan suatu pesta yang diadakan sebagai ucap rasa syukur atas keberhasilan para petani dalam menanam padi kepada yang maha kuasa.

    Mappadendang sendiri merupakan suatu pesta yang diadakan dalam rangka besar-besaran. Yakni acara penumbukan gabah pada sebuah wadah yang bernama lesung dengan tongkat besar sebagai penumbuknya.

    Acara mappadendang sendiri juga memiliki nilai magis yang lain. Disebut juga sebagai proses pensucian gaba yang artinya  padi yang masih terikat dengan batang dan terhubung dengan tanah menjadi ase (merupakan bahasa bugis dari beras) nantinya akan menyatu dengan manusianya. Olehnya perlu dilakukan pensucian agar lebih berkah.

    Acara semacam ini tidak hanya sekedar menumbuk saja. Alur ceritanya bahwa para ibu-ibu rumah tangga yang tinggal dekat rumah akan diundang dan akan memulai untuk menumbuk.

    Dengan tempo dan nada yang teratur, terkadang ibu-ibu tersebut menyanyikan beberapa lagu yang tentunya masih terkait dengan apa yang mereka kerjakan. Sedangkan anak-anak mereka bermain disamping atau pun dibawah rumah.

    Para pria yang menari dan menabur pada bagian ujung lesung disebut Pakkambona, sedangkan perempuan yang beraksi didalam bilik baruga disebut Pakkindona . Bilik baruga tersebut terbuat dari bambu, serta memiliki pagar yang terbuat dari anyaman bambu yang disebut Walasoji.

  2. Seren Taun – Masyarakat Sunda

    Seren Taun – Masyarakat SundaSeren Taun adalah salah satu ritual adat panen yang  dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Sunda dari zaman dahulu sampai sekarang. Ritual ini adalah simbol dari rasa terima kasih yang dikirimkan Masyarakat Sunda kepada Tuhan.

    Mereka akan menyerahkan beberapa bagian padi kepada ketua adat untuk disimpan di dalam lumbung yang dalam Bahasa Sunda sering disebut dengan leuit.

    Acara seren taun biasanya diawali dengan pengambilan air di sumber yang dikeramatkan. Selanjutnya air itu akan dsemburkan ke semua orang pada saat melakukan penjemputan padi.

    Setelah prosesi ini selesai, penduduk akan melakukan pertunjukan kolosal seperti tari buyung, angklung baduy, dan angklung buncis. Sebagai penutup acara ini, akan ada doa yang dibacakan dengan khidmat.

  3. Naik Dango – Masyarakat Dayak

    Naik Dango
    Naik Dango adalah ritual pasca panen yang banyak dilakukan oleh Masyarakat Dayak terutama Dayak Kanayatin. Setiap tahun, para pemuka desa akan berkumpul untuk mendiskusikan jalannya acara naik dango yang merupakan wujud syukur kepada Nek Jubata atau Sang Pencipta atas hasil panen yang sangat melimpah.

    Sehari sebelum ritual Naik Dango, masyarakat harus melaksanakan Batutu, yakni memasak beberapa makanan sebagai simbol hasil pertanian masyarakat. Makanan yang diolah yakni beras ketan yang dimasak di dalam bambu berukuran besar dan tumpi (semacam roti cucur).

    Secara prinsip, Naik Dango sama seperti Seren Taun. Penduduk akan menyerahkan padi yang masih dalam tangkai kepada para petinggi adat dan dimasukkan ke lumbung (dango).

    Dalam ritual ini, penduduk akan melakukan banyak sekali pertunjukan seperti nyanyian, tari-tarian, hingga acara makan bersama sebagai wujud rasa syukur yang tak habis-habis kepada Sang Pencipta yang telah memberi keberkahan.

  4. Methik – Masyarakat Jawa

    Ritual Adat Panen Padi Tradisional Methik
    Ada dua tradisi Masyarakat Jawa yang dilakukan ketika panen. Biasanya di beberapa daerah di Jawa Timur melakukan ritual adat methik sebelum panen datang.

    Saat padi mulai menguning, pemilik sawah akan mengadakan selamatan di tengah sawah. Mereka akan memanjatkan doa-doa dan berharap agar sawah mereka akan terus dijaga hingga akhirnya panen yang sangat besar datang.

    Ritual adat kedua dilakukan setelah panen yang sangat besar tiba. Seluruh masyarakat akan berbondong-bondong melakukan ritual di tengah lapangan atau jalan. Dengan memakai pakaian Adat Jawa, mereka berkeliling sambil melakukan pertunjukan. Puncaknya adalah memasukkan padi ke dalam lumbung dan memanjatkan doa.

    Ketika akan dilaksanakan methik pari, bahan-bahan yang disiapkan berupa sesaji yang berisi pisang raja, kelapa, dan empat buah cok bakal.

    Cok bakal merupakan takir kecil yang terbuat dari daun kelapa yang berisikan telur ayam jawa, garam, gula merah, teri, kemiri, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, tembakau, merica, uang, gantalan (daun sirih yang dipelintir), dan juga kembang boreh.

    Selain cok bakal, yang tidak boleh ketinggalan adalah janur (daun kelapa muda), dadap, daun pulutan, sisir, kendhi kecil berisi air, tikar berukuran kecil, dan badhek (air dari pembuatan tape). Sesajian yang akan digunakan haruslah pepak, yang artinya lengkap, tak kurang satupun.

    Setelah semua kelengkapan siap, berbagai sesaji tersebut dibawa ke sawah tempat padi yang telah menguning berisi akan dipenen. Ke empat cok bakal yang telah lengkap dengan isi-isinya masing-masing diletakkan pada keempat pojok sisi sawah. Air di dalam kendi dikucurkan ke sawah.

    Setelah mengucapkan salam, pemilik sawah mengucap mantra: Mbok Sri Sedono kowe tak rujaki, oyot kawat wito wesi, kembang emas woho inten, bakale balik nyang tarub Agung,  yang artinya Artinya Mbok Sri Sedono, kamu saya rujaki, berakar kawatlah berdahan besi, berbunga emas, berbuahlah intan. Pulanglah kepada Yang Agung .

  5. Penti – Masyarakat Flores

    Ritual Adat Panen Padi Tradisional Penti
    Penti adalah ritual adat panen yang berasal dari beberapa desa di wilayah Flores. Upacara adat ini dilakukan untuk memanjatkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan juga kepada para roh-roh nenek moyang dan alam semesta yang membantu membuat panen di desa itu jadi melimpah dan kegagalan yang sangat menakutkan tidak lagi datang.

    Biasanya ritual ini dilakukan di rumah utama desa untuk penyembelihan hewan korban seperti ayam. Selanjutnya akan ada yang namanya pertunjukan seperti tarian atau nyanyian hingga menjelang senja.

    Saat matahari akan hilang secara menyeluruh, pemuka adat akan melakukan pengorbanan lagi berupa dua ekor babi. Saat matahari terbenam diyakini roh akan datang dan ikut berpesta untuk merayakan panen yang besar.

    Sekarang upacara penti tidak lagi dijalankan oleh semua orang Manggarai. Alasannya mungkin adalah terjadinya modernisasi, perkembangan agama katolik, dan sosialisasi budaya penti yang kurang berhasil.

Inilah lima ritual adat panen padi tradisional paling menakjubkan yang ada di Indonesia. Ritual besar yang dilakukan ini adalah wujud dari rasa syukur yang tiada tara kepada Tuhan yang memberikan kelimpahan rezeki. Sekian dari kami dan Terima kasih.

× Whatsapp Kami!